Jumat, 23 Desember 2011

Add caption

Teknologi Pembenihan Lele Sangkuriang



Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan antara lain: induk pokok lele sangkuriang jantan dan betina, pakan induk, pakan benih, pakan pembesaran, cacing, ovaprim, ekstrak pituitari/hipofisa, kertas tissue, sodium klorida (NaCI) 0,9%, pupuk dan kapur.
Peralatan yang diperlukan antara lain: timbangan gantung, hapa penetasan telur, peralatan pemijahan buatan: alat suntik ukuran minimal 1 ml, gunting, waskom dan gelas, peralatan pemijahan alami: kakaban ukuran minimal lx0.2 m dan penutup bak peralatan perikanan: ember, lambit, serokan/scope net, sikat pembersih dan alat seleksi.
Prosedur Kerja Pemijahan
1. Seleksi Induk dan Penyuntikan
Memilih induk pokok lele sangkuriang jantan dan betina yang Udak berasal satu keturunan.Pada pemijahan buatan, perbandingan 1:4 satu jantan, empet betina bobot minimal 700 gram/ekor. Pada pemijahan alami, perbandingan 1:1 satu jantan dan satu betina minimal 700 gram/ekor.
Menyeleksi induk jantan dan betina yang matang gonad. Induk jantan ditandai dengan papila yang berwarna kemerahan dan memiliki panjang melewati pangkal sirip dubur. Induk betina ditandai dengan bentuk perut yang gendut dan bila diraba terasa lembek.
Penyuntikan dengan menggunakan hipoflsa atau ovaprim. Ekstrak hipofisa dapat berasal dan ikan Iele atau ikan mas sebagai donor. Dosis penyuntikan dengan hipofisa ikan mas 1 dosis, bila menggunakan donor ikan lele 2 dosis. 1 dosis = 1 Kg donor untuk 1kg induk lele. Menggunakan ovaprim dengan dosis 0,15 mI/kg induk. Penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular yaitu pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan sampai ovulasi telur 10—14 jam bergantung pada suhu inkubasi induk.
2. Pemijahan
a. Pemijahan Buatan
Apabila telur telah ovulasi, kita harus menyiapkan sperma dengan cara mengambil kantung sperma pada ikan jantan, kemudian mengencerkan sperma pada larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dengan perbandingan 1: 50 — 100,
Mengurut induk betina untuk mengeluarkan telur, kemudian aduk telur dan sperma secara merata menggunakan bulu ayam. Bilas campuran telur dan sperma menggunakan air untuk merangsang terjadinya fertilisasi. Tebar telur yang sudah terbuahi secara merata pada hapa penetasan.
b. Pemijahan Alami
Induk yang telah dipilih dipasangkan induk jantan dan induk betina sebanyak 1 pasang/bak. Pada bak pemijahan yang dilengkapi kakaban sebanyak 4 buah/bak, diberi penutup bak agar ikan tidak loncat.
Sesudah memijah induk dikembalikan ke kolam induk, telurnya dibiarkan sampal menetas. Telur yang telah menetas baik pemijahan secara buatan maupun alami, dipelihara sampai umur 5 han atau sampai kuning telurnya habis.
Pendederan 1
a. Pendederan Sistem Bak
Bak yang sudah dipersiapkan dengan kedalaman air 20—40 cm kemudian ditebar larva dengan padat tebar 20—30 ekon/liter. Lama pemeliharaan larva 14— 21 hari, Pemberian pakan untuk Pakan alami cacing Tubifex sp. (minggu pertama), kombinasi cacing Tubifex sp. dengan pakan buatan yang dihancurkan atau pelet tepung (minggu kedua) dan pakan buatan (minggu ketiga). Pakan alami diberikan secara ad libitum, sedangkan pakan buatan dengan dosis 10 — 15% bobot biomass dengan frekuensi pemberian empat kali per hari.
b. Pendederan di kolam
Kolam yang telah disiapkan dan telah dilakukan pemupukkan dengan pupuk organic dosis 500 gram/m2. Kedalaman air 30-50 cm. Biarkan selama 4-5 hari agar plankton tumbuh, larva umur 4 hari siap untuk ditebar dengan kepadatan 200-300 ekor/m2. Pemeliharaan larva dalam kolam selama 14-21 hari.
Pemberian pakan buatan pellet yang dihancurkan atau pellet tepung 5-7 hari setelah larva ditanam. Pakan buatan dengan dosis 10-15% dari bobot biomass dengan frekuensi pemberian empat kali .
Pendederan 2
Kolam yang telah disiapkan dan telah dilakukan pemupukkan dengan pupuk organic dosis 500 gram/m2, air 30-50 cm dan plankton telah tumbuh, benih hasil seleksi dari pendederan 1 siap untuk ditebar dengan kepadatan 100-150 ekor/m2. Pemeliharaan benih pada kolam pendederan selama 21-28 hari.
Pemberian pakan sebanyak 10%-15% bobot biomass/hari (minggu pertama dan minggu kedua) dan 5% bobot biomass/hari (minggu ketiga) dengan frekuensi pemberian tiga kali/hari. Pakan berupa pellet tepung pada minggu pertama dan pellet butiran diameter satu mm pada pemeliharaan selanjutnya. Benih ukuran panen 5-6 cm.
Pendederan 3
Kolam yang telah disiapkan seperti pada pendederan 2. benih hasil seleksi dari pendederan 2 yang ukuran relatif sama siap untuk ditebar dengan kepadatan 75—100 ekor/m2. Lama pemeliharaan benih di kolam pendederan selama 14—21 hari, Pemberian pakan sebanyak 5% — 10% bobot biomass/hari dengan frekuensi pemberian tiga kali/hari berupa pelet butiran diameter satu mm. Benih ukuran panen 7-8 cm. Benih slap untuk dipelihara di kolam pembesaran.
Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Mengamati kondisi kesehatan ikan berdasarkan respons makan dan gerakan ikan yang dipelihara selama kegiatan pemeliharaan. Memeriksa ikan secara mikroskopis apabila terjadi/terlihat gejala sakit. Melakukan pengobatan yang tepat bila terdapat indikasi penyakit. Melakukan penggantian air dan membuang sisa pakan/kotoran setiap han pada pemeliharaan larva sistem air bening. Mempertahankan kondisi air agar tetap berwarna hijau atau hijau kecoklatan pada pemeliharaan larva sistem air hijau dan pemeliharaan pendederan.

MINA PADI


Pengembangan teknologi mina padi dimaksudkan meningkatkan pendapatan petani melalui pemeliharaan antara padi dan ikan secara bersama di sawah. Mina padi selain meningkatkan pendapatan petani melalui produksi ikan, juga dapat meningkatkan produksi padi. Peningkatan produksi padi diakibatkan adanya proses penyuburan lahan karena keberadaan ikan di sawah (terdapat percampuran akibat kotoran ikan, aerasi karena pengadukan dasar sawah oleh ikan).

Mina padi sangat baik untuk dikembangkan di lahan sawah yang sistem perairannya teknis, karena ketersediaan airnya lebih terjamin sepanjang tahun. Lahan tersebut sangat luas di Indonesia. Pembukaan lahan sawah di luar Jawa juga sudah dikembangkan.Penurunan pendapatan petani pada terjadi pada dekade akhir ini, karena peningkatan biaya produksi (saprodi), rendahnya harga gabah dan masuknya beras import yang memiliki harga lebih murah.

Pengembangan mina padi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani. Kesejahteraan mereka juga akan meningkat karena ketersediaan protein yang cukup melalui konsumsi ikan. Teknologi mina padi walaupun menggunakan sebagian lahan padi untuk pemeliharaan ikan, namun tidak mengurangi produksi padi bahkan cenderung meningkatkan produksi padi.

Pemilihan Lokasi dan Persiapan Lahan
Pemilihan Lokasi
  • Tidak semua areal persawahan dapat digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan pada lahan yang cocok untuk usaha mina padi berupa sawah yang berair sepanjang tahun. Setidaknya, daerah yang akan digunakan untuk usaha mina padi memiliki 5 bulan hujan.
  • Selain faktor ketersediaan air, sawah yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan antara lain:
    • Memiliki sistem pengaturan air yang dapat diandalkan, sehingga air mudah dikendalikan.
    • Lokasi bebas dan banjir dan longsor.
    • Tanah yang dipilih sebaiknya yang mengandung lumpur dan liat sehingga kehilangan air karena perembesan dapat dicegah.
    • Tanah yang dipilih sebaiknya kurang mendapat gangguan hama ikan seperti burung, ular dan musang air.
    • Kemiringan tanah relatif rendah.
    • Petakan sawah tidak terlalu sempit, ukuran petakan sawah yang ideal adalah 500 ̶ 1000 m2.
    • Untuk memudahkan pengangkutan dan pemasaran sebaiknya dipilih areal yang dekat dengan jalan raya.
    • Agar pengontrolan dapat dilakukan dengan mudah sebaiknya dipilih lahan yang dekat dengan pemukimannya.
Persiapan lahan
1) Perbaikan saluran irigasi dan pematang
  • Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengaturan dan pengendalian air, sehingga tidak akan terjadi kekurangan air atau banjir. Pematang harus kokoh dan kuat menahan air serta cukup tinggi sehingga menampung air cukup banyak.
  • Bagian dasar pematang sebaiknya tidak kurang dari 40 cm (ukuran ideal 40 ̶ 50 cm), sedangkan bagian atasnya 25 ̶ 30 cm. Tinggi pematang tergantung permukaan air.
2) Pembuatan pintu air
  • Pintu pemasukan dan pengeluaran air diperlukan untuk menjaga sirkulasi air di areal persawahan. Setiap petakan harus memiliki pipa pemasukan dan pipa pengeluaran air terpisah yang diletakkan pada tempat yang berlawanan.
  • Letak pintu/pipa pemasukan dan pengeluaran air dan paritnya harus sesuai satu sama lain, agar aliran air lebih mudah. Aliran air yang terus menerus sepanjang hari sangat diperlukan agar suhu air lebih terjaga.
  • Pintu pemasukan air biasanya dibuat hanya satu, tetapi tidak jarang lebih dari satu bila debit air yang diinginkan lebih tinggi. Sedangkan untuk pintu pengeluaran air limpasan atau kelebihan air pada waktu musim hujan, untuk mempertahankan tinggi yang diinginkan, pintu pengeluaran yang lain sebaiknya ukurannya lebih besar yang terletak pada dasar pematang untuk pengeringan petakan secara total waktu panen
  • Bahan yang sering digunakan untuk membuat pintu air biasanya adalah bambu. Selain harganya murah, bambu juga mudah didapat. Jika tidak ada bambu dapat digunakan pipa pralon. Diameter bambu maupun pia pralon disesuaikan dengan debit air yang diinginkan.
3) Pembabatan Jerami
  • Setelah padi dipanen, jerami dibabat dan ditumpuk ditengah-tengah petakan sawah atau disimpan dipinggir petakan.
  • Agar cepat membusuk, jerami dibenamkan ke dalam lumpur pada waktu pengolahan tanah. Dari jerami ini, diharapkan akan banyak tumbuh organisme kecil yang dapat menjadi makan ikan.
4) Pembuatan Parit
  • Setiap petakan harus memiliki parit yang merupakan bagian lebih dalam pada satu petakan yang berfungsi : Memberikan perlindungan pada ikan dan gangguan serangan hama seperti burung, ular, kucing dan musang air, Memberi perlindungan bila air diawali surut, Memberi keleluasaan bergerak bagi ikan, Memudahkan petani saat pemberian pupuk atau insektisida dan Memindahkan panen.
  • Bentuk dan ukuran pari bervariasi, tergantung keadaan tempat dan kondisi. Berbagai bentuk parit diantaranya parit keliling, parit tengah, parit silang/diagonal, atau kombinasi dari ketiganya. Bentuk parit juga tergantung dari bentuk dan ukuran petakan atau ada tidaknya pemberian makanan tambahan.
  • Bentuk parit keliling, silang atau kombinasinya merupakan bentuk yang cocok apabila kita memelihara ikan dengan makanan tambahan. Sedangkan parit tengah adalah yang paling cocok bila kita tidak melakukan pemberian makanan. Luas parit untuk sistem mina padi berkisar 2 ̶ 4 % dari luas areal persawahan. Bila melebihi ukuran itu, maka efisiensi penggunaan lahan akan berkurang. Pada umumnya parit dibuat dengan ukuran lebar 40 - 45 cm dan kedalaman 25 ̶ 30 cm. Namun ada yang berukuran lebar 50 ̶ 100 cm dan kedalam 40 — 50 cm.
5) Persiapan lahan
  • Sebelum penanaman padi, sawah harus disiapkan sesuai kebutuhan untuk penanaman padi dan pemeliharaan ikan. Sawah harus dibajak, digaru lalu diratakan dan rumput-rumput serta air disingkirkan. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menyediakan media yang baik bagi pertumbuhan padi maupun organisme lainnya.
  • Pengolahan tanah dikatakan sempurna bila perbandingan antara lumpur dan air 1 : 1 dicirikan dengan tidak menempelnya tanah bila sebuah logam anti karat atau ballpoint dicelupkan ke dalam lumpur lalu diangkat. Parit tengah disiapkan 3 han sebelum penanaman padi. Tanah galiannya diletakkan di atas pematang atau disebarkan merata keseluruh permukaan petakan.
  • Setelah pembuatan parit tengah, petakan diisi air setinggi 5 cm. Penggunaan herbisida dilakukan 2- ̶ 3 hari sebelum tanam. Sebelum tanam petakan harus dikeringkan. Pemupukan awal berupa urea dan TSP dicampur dengan curater 3 gr atau furadan 3 gr dpsos 17-34 kg/ha disebar merata sehari sebelum atau pada waktu tanam.
Teknik Penanaman Mina Padi
1) Penanaman padi
  • Pada sistem mina padi, tanaman padi merupakan tanaman pokok. Sehingga dalam pemeliharaannya tidak mengakibatkan mundurnya produk padi. Padi yang akan ditanam sebaiknya dipilih yang cocok dengan lahan mina padi.
  • Kriteria varietas padi yang baik adalah Perakarannya dalam, Cepat beranak, Batang kuat dan tidak mudah retak, Ketinggian tanaman sedang, Tahan genangan pada awal pertumbuhan, Daun tegak, Tahan hama dan penyakit dan Produksi tinggi.
  • Berdasarkan sifat-sifat yang dikehendaki tersebut maka tanaman padi yang dianjurkan untuk sistem mina padi antara lain IR, 42, 46, 52, 64, 54, Ciliwung, Dodokan dan Cisadane.
2) Pemilihan jenis ikan
  • Ikan yang cocok untuk sistem mina padi adalah ikan mas dan ikan tawes karena bersifat mampu hidup dengan baik pada air dangkal, tahan panas, pertumbuhan cepat dan tidak mengganggu tanaman padi.
  • Agar dapat hasil yang tinggi, ikan yang ditebarkan sebaiknya memenuhi syarat-syarat : Warna tidak mencolok, Tahan hidup di air dangkal dan panas, dan Disukai oleh masyarakat dan mempunyai harga jual memuaskan.
3) Kepadatan ikan
Kepadatan penebaran benih tergantung pada ketersediaan lahan, ukuran benih, ukuran ikan saat panen, serta adaptasi ikan terhadap lingkungan.
4) Penebaran benih ikan
  • Penebaran benih ikan dilakukan 7-10 hari setelah penanaman padi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko keracunan akibat penggunaan obat-obatan atau pupuk saat pengolahan lahan. Selain itu agar tanaman padi lebih kuat lebih dulu. Namun penebaran padi dapat diundur 10 ̶ 14 hari untuk memberikan kesempatan padi tumbuh.
  • Ketinggian air pada waktu penebaran benih tergantung pada ikan yang akan ditebar. Permukaan air yang terlalu tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan padi jadi ketinggian permukaan air yang umum dilakukan adalah 4 ̶ 6 cm. Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari karena suhu pada waktu itu rendah dan dilakukan di sekitar pintu pemasukan air.
  • Penebaran benih ikan yang cukup aman adalah dengan cara Kantong plastik yang berisi benih dimasukkan ke dalam area persawahan yang akan ditanami, Kantong plastik dibiarkan terapung beberapa saat, sampai suhu air di dalam kantong sama, Ikatan kantong dibuka dan Benih dilepaskan ke sawah secara perlahan-lahan dengan cara menenggelamkan bagian kantong plastik yang terbuka.
5) Pemberian pakan tambahan
  • Campuran dedak halus dengan pakan ayam pemula tipe A dalam perbandingan 1 : 1.
  • Campuran dedak halus dengan tepung bungkil kelapa dalam perbandingan 70 : 30.
  • Campuran dedak halus, tepung bungkil kelapa dan tepung dengan perbandingan 72 : 20 : 8.
  • Pakan yang biasa digunakan adalah dedak halus, ampas tahu, ampas kelapa, kotoran ayam, pupuk hijau, atau sisa makanan (dapur).
  • Takaran dari pakan tambahan ini sebaiknya berkisar 4 ̶ 5% dari total berat ikan. Misal untuk ukuran ikan 20 ̶ 25 gr/ekor, maka pakannya adalah 3-3,5 kg/hari per 1000m2.
Tabel 3. Pakan Tambahan Beberapa Jenis Ikan
Jenis ikan
Pakan Tambahan
Ikan Mas
Dedak halus, bungkil, beras menir, potongan-potongan ikan, sisa-sisa dapur, pakan buatan
Ikan Tawes
Daun-daunan, dedak halus, bungkil, sisa-sisa dapur
Ikan Tambakan
Dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang, daun tales, potongan-potongan dapur, pellet
Ikan Mujair
Ampas tahu, ampas kelapa, bungkil kelapa, dedak, potongan ikan, sisa-sisa dapur, pellet
Ikan Nilem
Daun-daunan, bungkil, sisa-sisa dapur
Ikan Sepat siam
Dedak, bungkil, pellet
Panen
  • Pengeringan petakan perlu dilakukan sedikit demi sedikit. Pipa pengeluaran harus dilengkapi saringan untuk menghindari hilangnya ikan selama panen. Untuk menghindari stress pada ikan ketika panen, ikan yang terkumpul harus segera ditempatkan pada hapa (misalnya berukuran 40 x 75 x 15 cm3) yang ditempatkan pada air mengalir. Wadah lain berupa keranjang dengan penyekat untuk mencegah kerusakan ikan juga digunakan dalam panen.
  • Waktu penangkapan kedua, petakan harus dikeringkan 2 kali untuk mendapatkan jumlah hasil tangkapan sebanyak-banyaknya dengan cara mengairi kembali petakan setelah pengumpulan hasil tangkapan pertama selesai. Pengalaman di lapangan menunjukan bahwa 5 ̶ 10 % ikan masih tertinggal bila pengeringan hanya dilakukan secara tergesa-gesa.
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/admin/public/upload/057_penampang%20melintang%20pematang%20sawah.jpg

 http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/admin/public/upload/058_pintu%20air.jpg
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/admin/public/upload/059_bentuk%20parit%20keliling.jpg
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/admin/public/upload/060_bentuk%20parit%20keliling%20dan%20parit%20tengah.jpg
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/admin/public/upload/061_bentuk%20parit%20keliling%20dan%20parit%20diagonal.jpg
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/admin/public/upload/062_mina%20padi%20bentuk%20parit%20keliling%20dan%20petak%20pengungsian.jpg
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/admin/public/upload/063_bentuk%20parit%20keliling%20dan%20petak%20pengungsian.jpg